Hapuskan UN sebagai penentu kelulusan....!!!
Oleh : Rizki Barokah
Ketika kita mendengar kata “UN” apa
yang pertama kali muncul di pikiran kita?? Nah lho, jadi ingat apa hayo? Apakah
jadi ingat masa putih abu-abu? Atu Mungkin kita akan melayang membayangkan
pengalaman melewati masa-masa kritis penghujung sekolah, setumpuk buku tebal
yang menemani setiap malam, dan les tambahan yang cukup merogoh kantong orang
tua. Ujian nasional menjadi momok yang menakutkan akhir-akhir ini. Seakan-akan
Ujian nasional lah penentu masa depan para siswa. Jika pada saat pengumuman di
amplop tertera tulisan “tidak lulus” mungkin bisa membuat siswa depresi hingga
menelan korban bunuh diri. Jadi, di lapangan memang terasa sekali nuansa bahwa
menghadapi UN itu ibarat menghadapi perang, sampai-sampai banyak spanduk
bertebaran atau pun ucapan-ucapan yang ditulis di media sosial yang antara lain
dibuat oleh adik-adik kelas berbunyi, “Selamat berjuang kakak-kakak Kelasku yang akan menghadapi UN.
Tidak
hanya siswa yang menanggung beban psikologis, orang tua pun ikut menanggung
malu di masyarakat jika tahu anaknya tidak lulus Ujian Nasional. Di tambah lagi
reputasi sekolah akan di nilai buruk ketika memiliki tingkat ketidaklulusan
yang tinggi. Hal ini pun akan memancing para siswa ataupun guru untuk melakukan
kecurangan saat ujian nasional. Ujian nasional tak ubahnya seperti monster
tangguh yang dilawan dengan konspirasi siswa-guru. Alangkah gawatnya negeri ini,
generasi muda dipupuk nilai-nilai korup dan menghancurkan budaya jujur dan
sportivitas.
Beberapa
fakta yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa ujian nasional juga memiliki
dampak negatif yaitu terkait dengan pemborosan dana. Betapa besar anggaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya untuk pelaksanaan ujian nasional.
Dan ternyata juga tidak dapat meningkatkan kualitas murid, kecuali hanya pada
kemampuannya menggarap soal model pilihan ganda saja. Padahal jelas, hal-hal yang lebih bersifat sosial, mental
dan spiritual tidaklah dapat dilihat dari kemampuan mengerjakan soal di atas kertas
, melainkan pada proses pembelajaran sehari-hari, dari perilaku, pola pikir dan
sikap yang diambil dalam interaksi sosial dengan lingkungan sosial siswa.
Berikut tabel anggaran UN dari APBN.
Tahun
|
Jumlah
dana UN
|
Jumlah
peserta
|
2005
|
-
|
-
|
2006
|
Rp. 224 miliar
|
5 juta siswa
|
2007
|
Rp. 260 miliar
|
5.448.122 siswa
|
2008
|
Rp. 572.9 miliar
|
10.426.837 siswa
|
2009
|
Rp. 438 miliar
|
10.297.816 siswa
|
2010
|
Rp. 524 miliar
|
9,8 juta siswa
|
2011
|
Rp. 580 miliar
|
10.409.562 siswa
|
Sumber : Kompilasi berbagai
berita media massa
|
Nah
lho, menurut kalian dana tersebut lebih baik digunakan untuk apa hayo?? Kalau
menurut saya mungkin akan jauh lebih bermanfaat bila dana tersebut dialokasikan
untuk memperbaiki gedung-gedung sekolah yang rusak, membangun gedung-gedung
sekolah di pelosok desa yang tertinggal, pengadaan buku pelajaran secara cukup,
dan fasilitas belajar lainnya, yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia.
Sebagai
seorang mahasiswa, apakah yang bisa kita lakukan untuk negeri ini? Ketika
sebuah kebijakan berbuah masalah dalam hal teori maupun praktiknya maka
kebijakan trsebut harus dihapuskan. Namun ketika pemerintah tak kunjung sadar
dan tetap ngotot melaksanakan UN, tiada hal lain yang mesti dilakukan kecuali
melawan. Apa bentuk perlawanannya? Bentuk perlawanannya tentu harus dengan cara
yang cerdas dan intelek, misalnya dengan mengumpulkan data dan fakta sekian
banyak masalah yang timbul akibat UN, beban ekonomi sekolah dan siswa, kerugian
materiil dan non-materiil akibat UN, melencengnya praktik pembelajaran dari
visi pendidikan akibat UN, sampai pada membangun argumen dari kesalahan desain
dan konsep UN. Secara umum perlawanan ini memang telah dilakukan dengan
menggugat UN di Mahkamah Agung misalnya, tapi ketika sampai sekarang UN masih
tetap jalan, maka basis dan strategi perlawanannya mesti diperluas dan berakar
di sekolah, tempat para guru dan siswa dirugikan oleh UN.
Bahan bacaan :
·
Darmaningtyas dan Edi Subkhan.2012.Manipulasi Kebijakan Publik.Jakarta:resist book.
·
Blogspot, Arie Lamondjong.2013.Cukup dengan menghapus Ujian Nasional?.
Diunduh tanggal 24 Oktober 2014 pukul. 20;00 dari
·
Wordpress, Itje Chodidjah.2014. UN, Petaka Generasi Penerus Bangsa.Diunduh
tanggal 25 Oktober 2014 pukul. 03:30
dari
Penulis :
Rizki Barokah,
Mahasiswa S1 bidang Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Kontak : 087732633482, kritik dan
saran bisa dikirim melaui e-mail : barokahrizki74@yahoo.com atau mapresunnes2018@yahoo.com